Senin, 18 Agustus 2008

Lagu Para Pejuang

Untuk Para Pahlawan

kami yang menulis
hidoep ataoe mati
di tembok di ujung gang
tempat persembunyian

ya..kami sesekali memang lari
bukan kami takut mati

nyawa memang harus diselamatkan
karena kami tak tahu
apakah semangat itu tetap menyala
dalam dada putra-putra berikutnya

hidup kami harus panjang
sampai datang keyakinan
merdeka selamanya

hidup atau mati
adalah pilihan merdeka
tak rela rasa kami
hidup dalam injakan orang

kami lahir di tanah ini
minum dari airnya
makan dari hasilnya

sungguh tak berperi
bila mereka datang merampasnya
kami ini manusia merdeka
tiadalah kami rela dijajah

kamilah yang berteriak merdeka
sebagai semangat dari awalnya
tak pernahlah kami harus membungkuk
kepada orang yang dengan rakus menjarah

kami orang merdeka
dan akan begitu selamanya

biarlah badan berbasah darah
biarlah tulang berderak patah
biarlah nyawa tak berbadan
kami berpantang sesal

karena telah berdiri menantang

Surabaya, 11 Agustus 2008

Sabtu, 09 Agustus 2008

WAKTU CERMIN RINDU

Agung Purwantara

langit sudah diambang jingga
namun kau adalah penguasa

waktu adalah milikmu
yang kau cipta sebagai penanda
usia telah melanda mereka
yang tiada adanya kau adakan

demi waktu yang kau genggam
kesadaran seperti benih yang terpendam

hujan hidayah yang kuharapkan
menjawab tanyamu
siapakah yang menumbuhkan benih itu?

rinduku bagai tanah kering kemarau
bagai teriakan burung hudhud yang semakin parau

tiadalah upaya tanpa restu kau juga
membuatku sanggup menjaga cinta
meski tujuh samudra terayun langkah
tujuh gunung dilanda rindu

hatilah tahu
kaulah juga cinta itu
menggenggam waktu
yang kau tentu
memberi daya untuk melaju
menatap wajah yang terindu
kaulah penguasaku

KITAB CAHAYA

ketika kitab itu kau pahatkan di dada cahaya
sempurnalah apa yang mesti dibawanya
elok rupawan akhlak sempurna
bagai cermin awal hingga akhirnya

kaulah jua pemilik cerita
hikayat duka dan gembira
lebih halus dari yang halus

membaca angin dan awan
ayatmu berarak lebih dari mashriq hingga maghrib
bahkan pohon yang masyur itu
hanya bagian kecil dari ceritamu

tak satupun yang mampu menghitung
suara-suara yang bercerita
betapa agung yang menulisnya
pada lembaran cahaya
yang memancar mulia
semua tiada selain kau saja

Surabaya, 25 Juli 2008