Kamis, 19 Februari 2009

Aura Kebohongan

Melihat pamflet-pamflet caleg yang marak seiring mendekatnya momentum demokrasi di tanah air ini, sering membuat saya tersenyum kecut. Media komunikasi politik sederhana itu lebih terlihat harus membawa beban berat. Bagaimana bisa selembar kertas atau plastik paling besar ukuran baliho 8X4m atau 12x6m itu harus mengusung pesan politik yang denikian berat.

Akhirnya yang terjadi adalah, pamer tampang dan slogan yang kadang-kadang terdengar lucu. Tapi, mungkin inilah demokrasi kita...

Demokrasi bisa menjadi atau melalui sarana apa saja. Bahkan guyonan pun bisa menjadi sebuah pesan politik. Entah audience politiknya itu mengerti atau tidak. Para caleg itu mungkin berfikir, bagaimana memuat agenda politik yang segunung anakan ke dalam sebuah poster dengan ukuran terbatas. Yang terjadi adalah.....

Ada yang mengusung nama besar nenek moyangnya, untuk menjelaskan kemampuan politiknya. Ada yang berlomba mencipta slogan, demi kemakmuran, demi rakyat, bekerja tanpa pamrih, jujur dan bijaksana...Ada pula yang pamer status pendidikan, SH, Msi, DRS, MH, S.Pd dan menyebutkan sederet almamater yang pernah mereka hampiri...
Sungguh dahsyat...

Komentar teman saya, "Kenapa ya tampang para caleg itu? Seperti ada aura...Kebohongan." Kata teman saya lirih. Mungkin.... jawab saya ikut mengamati.