MUNAJAT 1
Duhai..Engkau Yang Maha Kaya,
Yang Maha Sejahtera,
Yang Maha Melimpahi Karunia
Fakir ini menengadahkan tangan kepadaMu,
dengan segala hina mengaku dosa
Duhai Engkau Yang Maha Pengampun,
Yang Maha Pengasih,
Yang Maha Penyayang
Hamba yang hina ini mengakui kefakiran,
semua adalah kepunyaanMU
Tiada puja yang pantas aku panjatkan selain KeterpujianMu yang tiada tara
Hamba terlalu banyak menginkari karuniaMU
Betapa hina hamba yang menanggung segunung dosa
Jika bukan karena pengampunanMu melebihi semua dosa
Jika bukan karena kasihMu sudah tentu hamba tiadalah pantas sejahtera
Hamba berlindung kepadaMu dari kekuasaanMu yang menghinakan
Hamba berlindung kepadaMu dari kekuasaanMu yang mencelakakan
Wahai Yang Maha Mengamankan, sesungguhnya tiada yang aman dariMu
Selain yang Engkau lindungi, amankan hamba dari murkaMu
Engkaulah Yang Maha Kaya,
Yang Maha Mengampuni,
Yang Maha Menyelamatkan
PadaMu hamba menyerahkan segala urusan,
Engkaulah Yang Maha Tahu
Tiadalah ada padaku kepunyaan,
Engkaulah Yang Memiliki
Kembali padaMu hamba menyerahkan diri
MUNAJAT 2
Duhai..Yang Menghilangkan Duka
betapa rapuh hati yang tergores luka
hingga duka merajalela.
kepadaMu lah hamba memohon obat penawar
dari semua dukalara, dari semua luka jiwa
Engkaulah obat bagi jiwa yang menderita
Engkaulah Yang Maha Penggembira
karena Engkau, tawarlah segala racun duka
sembuhlah segala luka di jiwa
sembuh sebab Engkau saja
Surabaya, 16 Juli 2008
Kamis, 17 Juli 2008
Rabu, 09 Juli 2008
Perjalanan
Entah, berapa ribu langkah sudah pena ini mengeja sejarah
Menuju kepastian kesadaran
Umur sudah berbilang
Doa-doa sudah dinyanyikan
Menjadi hiasan, bagai penjor penerang jalan
Entah sampai kapan
Harapan harus terus dikejar
Sampai kan datang keyakinan
Mantra-mantra suci
Menjadi hiburan disetiap peristirahatan
Sudah berapa kitab diselesaikan
Di setiap pemberhentian
Aku tidak bisa menyebutkan
Percuma kalau hanya menjadi pembicaraan
Langkah harus diayunkan
Doa harus dimadahkan
Mantra harus disemarakkan
Menggapai keyakinan
Bersama Sang Waktu
Yang sudah tentu
Lahir
Setiap hari kita dilahirkan
Setiap hari kita mengunjungi dunia ini
Setiap hari kita mencecap rasa
Setiap hari kita menyanyi suka
Setiap hari kita mencanda duka lara
Setiap hari....
Setiap hari kita dilahirkan
Setiap hari kita mengulang penciptaan
Setiap hari...
Setiap hari kita merasa surga
Setiap hari kita mencicipi neraka
Setiap hari kita berada pada antara
Setiap hari...
Setiap hari kita bertanya
Setiap hari kita mencari
Setiap hari kita temukan
Setiap hari...
Setiap hari kita dilahirkan
Untuk menjadi tanda terulangnya penciptaan
Menjadi tanda jalan-jalan yang ditempuh
Setiap hari kita dilahirkan
Untuk menjadi manusia sadar!
Surabaya, 10 Juli 2008
Menuju kepastian kesadaran
Umur sudah berbilang
Doa-doa sudah dinyanyikan
Menjadi hiasan, bagai penjor penerang jalan
Entah sampai kapan
Harapan harus terus dikejar
Sampai kan datang keyakinan
Mantra-mantra suci
Menjadi hiburan disetiap peristirahatan
Sudah berapa kitab diselesaikan
Di setiap pemberhentian
Aku tidak bisa menyebutkan
Percuma kalau hanya menjadi pembicaraan
Langkah harus diayunkan
Doa harus dimadahkan
Mantra harus disemarakkan
Menggapai keyakinan
Bersama Sang Waktu
Yang sudah tentu
Lahir
Setiap hari kita dilahirkan
Setiap hari kita mengunjungi dunia ini
Setiap hari kita mencecap rasa
Setiap hari kita menyanyi suka
Setiap hari kita mencanda duka lara
Setiap hari....
Setiap hari kita dilahirkan
Setiap hari kita mengulang penciptaan
Setiap hari...
Setiap hari kita merasa surga
Setiap hari kita mencicipi neraka
Setiap hari kita berada pada antara
Setiap hari...
Setiap hari kita bertanya
Setiap hari kita mencari
Setiap hari kita temukan
Setiap hari...
Setiap hari kita dilahirkan
Untuk menjadi tanda terulangnya penciptaan
Menjadi tanda jalan-jalan yang ditempuh
Setiap hari kita dilahirkan
Untuk menjadi manusia sadar!
Surabaya, 10 Juli 2008
Selasa, 01 Juli 2008
Demi Jiwa yang Menyesali
Duhai dukalara yang menjadi warna
setelah kau gores dosa
pada kain putih menghitam jelaga
abu-abu sudah putihnya
meski mencuci seumur dunia
tanpa cinta-Nya
jejak-jejak langkah
pada pasir yang basah
selalu menjadi sejarah
meski sudah terjilat ombak musnah
kenangan itu akan selalu ada
betapa lara tak kan hapus jua
tanpa restu cinta kekasih
yang murah hati
duhai..bagaimana menghapus lubang
pada batu yang tertanam dalam dada
tanpa memecahnya berkeping jua
betapa sesal tak akan hilang
tanpa kasih cinta
Sang Murah yang bersumpah
demi jiwa yang menyesali diri
NUH
betapa lautan membumi
menjadi uji pada setiap pasang
yang terikat berahi
mengarungi luas tak berbilang
menjaring angin kuat menghempas
gemuruh rindu sauh pada pantai
betapa lama janji
bagi hati yang teruji
hanya sabar yang jadi kendali
bila lautan ini mampir ke gunung
puncak lautan itulah
awal kehidupan
dimana gelombang
menghempaskan rindu
pada pantai harapan
di puncak tursina
mutiara kehidupan bersarang
di sana perahu Nuh melempar sauh
Surabaya, 17 Juni 2008
setelah kau gores dosa
pada kain putih menghitam jelaga
abu-abu sudah putihnya
meski mencuci seumur dunia
tanpa cinta-Nya
jejak-jejak langkah
pada pasir yang basah
selalu menjadi sejarah
meski sudah terjilat ombak musnah
kenangan itu akan selalu ada
betapa lara tak kan hapus jua
tanpa restu cinta kekasih
yang murah hati
duhai..bagaimana menghapus lubang
pada batu yang tertanam dalam dada
tanpa memecahnya berkeping jua
betapa sesal tak akan hilang
tanpa kasih cinta
Sang Murah yang bersumpah
demi jiwa yang menyesali diri
NUH
betapa lautan membumi
menjadi uji pada setiap pasang
yang terikat berahi
mengarungi luas tak berbilang
menjaring angin kuat menghempas
gemuruh rindu sauh pada pantai
betapa lama janji
bagi hati yang teruji
hanya sabar yang jadi kendali
bila lautan ini mampir ke gunung
puncak lautan itulah
awal kehidupan
dimana gelombang
menghempaskan rindu
pada pantai harapan
di puncak tursina
mutiara kehidupan bersarang
di sana perahu Nuh melempar sauh
Surabaya, 17 Juni 2008
Langganan:
Postingan (Atom)