Rabu, 25 Juni 2008

Untuk Manusia Pencerah

Untuk Manusia Pencerah

pada wajah-wajah itu terbayang
rona kebenaran yang menyejukkan
disana jelaga telah tersaput
air mengalir sejuk mereguk
matahari bersinar cerah merekah
tiada kata untuk berbeda
tentang warna cahayanya
kita hanya berdiri
pada arah yang tak sama
tetapi sinarnya bukanlah beda
kemana kau berpaling
di sana kau jumpa
cahaya cemerlang
dari sumbernya jua

Pengembara

setiap kali terjaga
sebenarnya waktu adalah sama
kemarin kini esok lusa
hanya sebutan memudahkan
yang menjadi tanda dalam ingatan
bahwa kita terus berjalan
dari sepi kepada ramai
lalu kembali ke awal kejadian
dengan membawa sekantong cerita
tentang segala yang berpasangan
seperti dua sisi mata uang
kita lalui gelap terang
kita rasai susah senang
kita jajagi hidup mati
untuk mengerti bahwa kita telah berjalan
dari sisi kembali ke sisi
menjadi manusia
yang tahu diri
pada waktu yang sama
kemarin kini esok dan lusa
sampai saatnya
kita kembali pada waktu yang abadi

Rindu Raja Si Murah Hati

burung pelatuk bekerja keras
meninggalkan nyanyi hiburan diri
meyakinkan sebatang kayu tua
bahwa kerasnya tidaklah seberapa
di sana, katanya, kuatnya badan bukanlah ukuran
dialah tahu seribu pohon telah berlubang
keteguhan bukanlah pada badan
teguhnya rindu menjadi kayu
tegaknya hati menancap bumi
menjulang langit perenungan diri
menggapai hakikat sejati
di sanalah Raja si Murah Hati

Hormatku kepada Sang Syaikh "Si Penebar Wangi"

Surabaya, 6 Juni 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar